Senin, 18 April 2016

puyam lezat tegal punya

    puyam (pupu ayam/sempol"an)

    edisi kangen jajanan jaman sd,klo beli nimbrung bareng anak sd kan malu,mending bikin sendiri aja lah 😁...selengkapnya
    +


    Bahan-bahan

    1. 4 sdm tepung tapioka
    2. 2 sdm tepung terigu
    3. secukupnya garam dan penyedap rasa
    4. secukupnya air panas
    5. 1 butir telur kocok lepas

    Langkah

    1. campur tapioka,terigu dan kaldu bubuk,tambahkan air panas sedikit demi sedikit aduk rata sampai kalis
  1. pilin adonan ke tusuk sate
  2. didihkan air,lalu rebus adonan yg sudah dipilin ke dalam air mendidih sampai matang atau sampai mengambang
  3. setelah matang dinginkan,lalu goreng hingga kecoklatan,tiriskan
  4. kocok lepas telur,lalu celuplan puyam ke telur kocok,goreng kembali hingga telur matang,(yg terakhir lupa difoto,sisa telur saya goreng jg skalian)


    Hasil gambar untuk puyam tegalHasil gambar untuk puyam tegal
     Hasil gambar untuk puyam tegal 
     Hasil gambar untuk puyam tegal

Kuliner Pemalang - Sempolan, Jajanan Unik Pemanja Lidah

Beberapa waktu lalu Masmin pernah mendapatkan mention dari salah satu follower @KabarPML, akun @Vi_Vilove. Sekilas dari foto yang dimention ke Masmin seperti sate usus yang biasa kita dapatkan di tempat penjual bubur ayam.



Penasaran yah Sempolan itu jajanan yang seperti apa. Sempolan ini merupakan jajanan berbahan utama tepung aci. Jika dinikmati maka kita akan merasakan makanan ini sedikit kenyal. Bentuknya unik ditusuk seperti sate bentuknya satu tetapi memanjang.
Tampilan Sempolan Sebelum Digoreng

Ada dua pilihan yang dapat kita pilih. Sempolan yang bentuknya berulir itu yang memiliki rasa bandeng, sedangkan yang lebih lonjong tanpa ulir itu baru yang memiliki rasa ayam.

Cara menggorengnya, tusukan Sempolan dicelup-celupkan ke dalam minyak mendidih. Sebelum matang benar, Sempolan diangkat dan dicelupkan ke wadah kocokan telor  lalu digoreng kembali hingga matang. Sebagai pelengkap, setiap pembelian akan dilengkapi dengan bungkusan plastic kecil berisi saus.
Penjual Saat Menggoreng Sempolan
Harga Sempolan sangat terjangkau. Untuk satu tusuknya dihargai Rp 500.
Lokasi penjualan Sempolan yang Masmin kunjungi beberapa waktu lalu adalah yang berada di Minimarket Kita atau seberang Gedung Golkar di Jalan Pemuda, Pemalang. Selain itu, kalian juga dapat menjumpai penjual Sempolan ini di Jalan Ahmad Yani, Pemalang dekat Ganesha Operation.
 
 
kini berada di Tegal bahkan banyak dipinggiran jalan didaerah alun-alun tegal


cilok cilok tegal

Inspirasi perjuanganmu! Hidupku untuk-Mu apalagi Matiku Selasa, 15 Mei 2012 Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet sumber: http://www.facebook.com/pages/ORANG-PINGGIRAN-TRANS7/224861154196102 Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah. Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan. Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya. Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

 

Inspirasi perjuanganmu! Hidupku untuk-Mu apalagi Matiku Selasa, 15 Mei 2012 Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet sumber: http://www.facebook.com/pages/ORANG-PINGGIRAN-TRANS7/224861154196102 Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah. Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan. Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya. Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Inspirasi perjuanganmu! Hidupku untuk-Mu apalagi Matiku Selasa, 15 Mei 2012 Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet sumber: http://www.facebook.com/pages/ORANG-PINGGIRAN-TRANS7/224861154196102 Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah. Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan. Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya. Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

 

Cilok nglabed ala Tegal

Dari siang Allhamdulillah, Serpong di guyur hujan.. males masak. mau keluar males yowes bikin cilok ajah.....selengkapnya
+

Bahan-bahan

  1. 100 gr Tepung aci
  2. 100 gr tepung terigu
  3. secukupnya Daun kucai, potong halus
  4. 1 sdt garam
  5. 1 sdt penyedap
  6. 1/2 sdt lada bubuk
  7. 2 siung bwg putih (ulek halus)
  8. 200 ml air
  9. 3 sdm bumbu pecel siram air panas secukupnya
  10. 1 sdm saus sambel
  11. 1 sdt kecap manis
  12. jeruk limo

Langkah

Campur kedua tepung,bwg putih,Daun kucai,garem,penyedap, & lada bubuk..
kemudian tuangi Air panas..
aduk rata..
dan bentuk bulat..
Didihkan air rebis cilok sampe mengapung'
angkat tiriskan & sajikan dengan sambel kacang,saos & kecap
beri kucuran jeruk limo..
Salam Masak-masak :-)


Cara Membuat Cilok Bumbu Kacang Ala Wong Tegal

675
0
BAGIKAN
Cilok bumbu kacang wong tegal
Cilok bumbu kacang - resepcaramemasak.info
Menu apa hari ini, ada menu cemilan bernama cilok, pastinya sudah banyak yang tahu cemilan yang biasa ada di jajanan anak anak sekolah. Sewaktu kita masih duduk di bangku sekolah dasar, di sekolah-sekolah Tegal banyak sekali jajanan yang menunggu untuk dibeli, salah satunya adalah cilok bumbu kacang. Buat ibu-ibu yang punya anak kecil, cemilan ini bisa jadi alternatif bagi anda untuk membuat makanan sebagai cemilan anak yang mudah dan praktis untuk dibuat, cemilan lain yang bisa anda buat juga ada seperti pastel, atau bola bola labu coklat keju yang bisa jadi alternatif cemilan anak. untuk membuat cilok anda bisa baca bahan dan bumbu dibawah ini.

Bahan Resep Cilok :

  • 100 g tepung tapioka
  • 100 g tepung terigu
  • 1 siung bawang putih, haluskan
  • 1/2 sdt garam
  • 1/4 sdt merica bubuk
  • 1/2 sdt kaldu bubuk
  • 200 ml kaldu
  • 1 batang daun bawang, iris halus
  • air untuk merebus

Bumbu kacang Resep Cilok :

  • 100 g kacang tanah, goreng
  • 1 siung bawang putih, goreng sebentar
  • 3 buah cabai merah besar
  • 2 lembar daun jeruk
  • 1/4 sdt garam
  • 1/4 sdt merica bubuk
  • 1/2 sdt gula pasir
  • 1/2 sdt air asam
  • 250 ml air

Bahan pelengkap Resep Cilok :

  • saus sambal
  • kecap manis

Cara membuat Resep Cilok :

  1. Pertama Anda membuat bumbu kacang: Langkah awal anda campur kacang tanah, berserta bawang putih, cabai merah besar, dan juga air lalu haluskan. kemudian anda masukkan daun jeruk, masak di atas api sedang sampai mengental. Selanjutnya tambahkan bumbu seperti garam, merica bubuk, gula pasir, dan juga air asam. Aduk rata, angkat dan sisihkan.
  2. Selanjutnya anda campur tepung tapioka, tepung terigu, dan juga daun bawang lalu aduk rata dan sisihkan.
  3. Setelah itu campur kaldu dan juga bawang putih, garam, merica bubuk, dan kaldu bubuk. kemudian didihkan dan angkat.
  4. Kemudian Anda tuang rebusan kaldu sedikit sedikit ke dalam campuran tepung dengan diaduk menggunakan sendok kayu sampai terbentuk adonan yang kalis dan juga dapat dipulung.
  5. setelah proses tersebuat anda biarkan sampai agak hangat.
  6. Ambil sedikit adonan lalu anda buat bentuk bulat. Ulangi sampai semua adonan habis.
  7. Kemudian Anda didihkan air, masukkan cilok, rebus sampai terapung dan juga matang.
  8. Setelah itu angkat, tiriskan dan cilok bisa sajikan bersama bumbu kacang dan juga bahan pelengkap lainnya.
Sekian hari ini resep membuat cilok dari kami, semoga dengan sedikit bantuan kami anda bisa selalu membuat kuliner yang anda sukai, jangan sungkan juga untuk share pengalaman anda memasak bersama kami, atau jika anda mempunyai resep baru bisa kirimkan ke kami melalui kontak yang ada.
Inspirasi perjuanganmu! Hidupku untuk-Mu apalagi Matiku Selasa, 15 Mei 2012 Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet sumber: http://www.facebook.com/pages/ORANG-PINGGIRAN-TRANS7/224861154196102 Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah. Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan. Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya. Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Inspirasi perjuanganmu! Hidupku untuk-Mu apalagi Matiku Selasa, 15 Mei 2012 Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet sumber: http://www.facebook.com/pages/ORANG-PINGGIRAN-TRANS7/224861154196102 Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah. Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan. Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya. Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

krupuk-krupuk TEGAL